Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2008

Sebuah Cerita dari Pulau Timah

Bukan yang dipotret tapi siapa yang motret (Emangnya siapa? Ada deh.. Hallahh!!!) Kebun sawit (sayang motretnya terlalu dekat) Tambang timah di Pulau Bangka Alam asri di Belinyu (sssttt... ada gadis manis terlihat dari belakang) My favourite: lengkap banget menu makannya Ya, ini pertama kali saya berkesempatan untuk menaruh hati dan menginjakkan kaki saya di Pulau Bangka. Pulau yang telah membesarkan calon istri saya sampai menjadi makhluk Tuhan yang begitu mengagumkan (buat saya tentunya).  Setiap kali saya sampai di tempat yang saya belum pernah berkunjung sebelumnya, selalu ada rasa rasa ingin tahu dan berdebar-debar yang anehnya saya sangat nikmati, apa saja hal-hal baru yang akan saya alami di tempat ini. Bagaimana tanggapan keluarganya setelah melihat makhluk aneh kayak saya berkunjung ke rumah mereka. Mmmm... i feel so good to step in a new environments . Di bandara Depati Amir, doi telah menunggu bersama saudara-saudaranya dengan senyum yang manis. Tidak. Jangan bayangkan ada

Di Tabloid Mingguan Kontan

Doa yang Mengancam

Aming, dari banci kaleng ke cowok tulen Setelah kesuksesan luar biasa sutradara Hanung Bramantyo dengan Ayat-ayat Cinta (AAC), film Doa yang Mengancam (DYM) mungkin bisa jadi sesuatu yang beresiko untuk dikerjakan. Karena kemungkinan sangat sulit untuk mengulang kesuksesan yang pernah diraih. Ya, ekspektasi penonton pasti tinggi saat menyaksikan DYM. Seperti yang diduga, penonton DYM tak sebanyak AAC yang tembus di atas 3 juta orang. Tapi di tulisan ini, saya ingin menyampaikan salut pada upaya seorang Hanung yang berani take risks dengan memfilmkan sebuah cerpen karya Jujur Prananto ini. Secara cerita cukup kuat dan skenariopun rasanya cukup padat mengemas cerpen (yang secara nature memang pendek). Dalam skenario filmnya, telah ditambahkan beberapa tokoh, adegan dan ending yang berbeda ketimbang cerpennya. Meski temanya mengangkat ritual agama berupa sholat dan doa, tapi sudut pandang yang diambil cukup segar: ini bukan sekedar film agama. Jika di- compare dengan film Kun Fayaku

Ke Bumi Laskar Pelangi

Minggu depan kesempatan itu akhirnya hadir: Insya Allah saya akan berkunjung ke bumi Laskar Pelangi. Menjenguk kampung halaman calon istri saya di Pangkal Pinang. Dan rencananya juga main ke Belitung: yang telah melahirkan Andrea Hirata dan Laskar Pelangi-nya. Filmnya saya belum bisa nonton, masih nunggu antrian meskipun bukunya yang luar biasa ajaib sudah khatam saya baca. Mmm... kayak apa ya suasana dan pemandangan di sana? Kalo ke Sumatera saya pernah ke Palembang. Tapi baru sekali saya ke Pangkal Pinang. Dan yach, saya paling seneng menuju ke tempat yang baru, mengalami hal-hal baru, meninggalkan kebiasaan yang lama-lama membelenggu. Semoga ada banyak cerita indah yang saya bisa bagikan ke temen-temen semua pembaca blog ini. Dan semoga perjalanan ini bermakna sebagai pondasi masa depan saya. Saya merindukan hal-hal yang belum pernah saya alami. Dan seseorang yang setia menunggu saya di sana.

Oleh-oleh Bergambar

Beli jadah bakar di Pasar Kotagede menjelang buka puasa Antrian menjelang lebaran di Stasiun Kereta Api Gambir Jakarta Di Makam Notoprajan Rembang nyekar Kakek Nenek 'Bersihnya' Terminal Terboyo Semarang saat arus mudik Menunggu di dalam bus Patas Semarang Jogja

Back to Normal Dayz

Kegempitaan lebaran sebentar lagi usai dan kita akan segera menghadapi hari-hari selanjutnya, hari-hari yang berjalan seperti biasanya. Oase yang mengistirahatkan jiwa kita itu akan pergi meninggalkan, dan tantangan hari-hari penuh ketidakpastian - untuk kesekian kalinya - akan kembali menghadang. Jika Ramadhan kemarin kita bisa lewati dengan penuh kesungguhan: tentulah hari-hari ini kita telah siap mengarungi jalan kehidupan dengan senyum mengembang. Tapi jika amal ibadah kita berantakan: maka ilmu hidup-pun akan sulit tergenggam. Kita akan kembali didera kesibukan, kehabisan waktu, kebingungan, panik dan ujung-ujungnya ditelantarkan oleh kehidupan karena tak punya pegangan. Mumpung hari masih pagi, masih cukup waktu untuk menyiapkan diri. Mengumpulkan kembali impian-impian masa lalu yang terserak untuk ditata dan kembali diperjuangkan. Hidup kita setelah lebaran mungkin tidak akan lebih mudah - tanyalah Menteri Keuangan Amerika jika tak percaya - tapi Insya Allah akan bisa jadi lebih