Skip to main content

Melepas Topeng


Pada dasarnya, kita ini hanyalah manusia biasa. Segala jabatan, kekayaan, kesuksesan itu cuma tempelan, aksesoris, topeng. Tapi saking bangganya kita dengan topeng-topeng itu: kita jadi takut memperlihatkan wajah kita yang asli. Diri kita yang sebenarnya.
Misalnya: lho Mas, katanya bisnisnya miliaran kok masih naik motor? Eh, masa' Sekretaris PPPI Jogja makan di angkringan pake celana pendek? Pssst, kemarin aku lihat Ketua ADGI Jogja beli majalah bekas lho di shopping.. Mas Arief ngapain disini? Sedang nunggu bis kota? Ah, Taksi kali?

Hal-hal yang seperti itu.

Jika bicara image: saya sudah lama mengatakan image itu takhayul. Terlihat seolah sukses, seolah kaya, seolah cerdas: itu tidak penting. Pada dasarnya dalam diri setiap orang, selalu ada ketidaksempurnaan. Jadi saya tak hendak membungkus kenyataan dalam kehidupan saya sebagai lambang kesuksesan. That's bullshit.

Hari minggu kemarin adalah hari yang luar biasa buat saya.

Bersama calon istri saya, kami jalan-jalan muterin Jogja. Dari Glagah Sari ke Plaza Ambarrukmo naik bus Trans Jogja. Mungkin karena salah jalur, jadi muter lewat bandara. Lalu nonton film Hancock yang keren. Dilanjutkan ke Karita naik Trans. Karena tak ada halte yang dekat, kitapun berbecak ria ke Karita. Lalu pulang lagi ke Glagah Sari naik biskota jalur 4 melewati Malioboro.

That's a wonderful day for both of us. Berapa biayanya? Yang mahal hanya nonton film, Rp 50.000,- berdua. Bus Trans Jogja hanya Rp 3.000,- sekali naik, biskota Rp 2500,- sekali naik.

Tapi bukankah lebih pantas naik taksi atau naik mobil? Kata siapa? Apakah seorang Direktur tak pantas naik bis kota atau jalan kaki di atas trotoar? Apakah seorang yang 'dianggap' sukses tak boleh tampil wagu? Apakah seorang penulis buku yang judulnya pake miliaran tak boleh duduk santai makan ketan bakar bersama tukang becak di Pasar Beringharjo?
Please, deh. Kita ini terlalu lama pake topeng sehingga jiwa kita justru terasing. Jadi diri sendiri itu lebih asyik, lebih murah dan lebih membahagiakan.

Comments

atma said…
mas arief, itu hancock keren kayaknya bukan karena filmnya deh, tapi dengan siapa nontonnya :P (hehehehehe)
apep said…
:D
Anonymous said…
mudah2an selalu terjaga kebiasaan semacam itu mas.
alfone said…
ahahahahaha////..

pasti terpengaruh posting sebelumnya...

hayoooow...ngaku hayooow....

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat