Skip to main content

Kun Fayakun-nya Bill Gates

Dari pertama sejak denger kabar bahwa Bill Gates dolan ke Indonesia, saya sudah mencoba mencari tahu bagaimana caranya agar bisa ikut acaranya. Saya pikir tentu lebih murah menemuinya di sini, ketimbang saya harus datang ke Redmond (markasnya Microsoft). Sejak awal membangun Petakumpet bersama teman-teman, kesuksesan Microsoft begitu menginspirasi saya, selain Apple-nya Steve Jobs tentu saja. Praktik manajemennya banyak yang saya terapkan. Tujuan ambisiusnya membakar adrenalin saya. Kenyataan bahwa Bill adalah orang terkaya di dunia (sekarang dia ada di nomer 3): membuat saya yakin saya tidak bakal miskin.

Banyak teman di Jakarta yang saya tanyakan, tapi hampir semuanya tak tahu pasti bagaimananya. Tak ada info tentang dimana tiketnya bisa dibeli, bahkan detail acaranya pun tak bisa saya dapatkan. Jadinya, saya hanya memantau kedatangan Pak Bill dari berita-beritanya di situs internet, tentang rencananya untuk hadir di Global Leader Forum maupun bersama SBY memberikan Presidential Lecture. Dan tanggalpun sudah sampai hari H-nya karena Pak Bill nyampe Jakarta Kamis subuh kemarin, saya pun pasrah tak bisa melihatnya secara live.

Dan Kamis siang hp saya berdering, Mas Hastaryo dari IDP (Indonesia Design Power) menelepon,"Rif, kamu mau ikut acaranya Bill Gates dan SBY gak? Ini ada undangan dari kementeriannya Bu Mar'ie Pangestu (Depperindag) tapi harus pasti hadir ya..."

Sayapun terdiam. Tapi hati saya melonjak-lonjak kayak anak kecil dapat hadiah permen. Hp saya tutup, telepon tiket pesawat dan malam ini berangkat ke Jakarta. Besok pagi saya Insya Allah hadir di Presidential Lecture-nya Om Gates dan Paklek SBY. Makasih banget ya Mas Has..

Inilah kuasa kun fayakun.. Saat kita punya niat yang kuat dan berupaya keras sampai tak tahu lagi kemana melangkah, maka Tuhan akan membuatkan jalan. Ternyata sesederhana itu jika Tuhan mau.

Comments

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat