Skip to main content

Tempat Berteduh

Kejadian ini saya alami - kalo tidak salah ingat - saat saya masih kelas 5 SD. Saat itu bersama ayah saya naik motor dari Rembang ke Sragen. Motornya Honda CB 70, jarak tersebut ditempuh dalam 5 jam-an. Karena masih kecil, saya biasanya dibonceng di depan. Duduk di atas tanki bensin.

Menjelang maghrib sekitar jam 17.30 kami mulai masuk kota Sragen saat tiba-tiba hujan mengguyur deras. Karena tak bawa jas hujan, ayah saya meminggirkan motor dan kita berteduh di bawah teras sebuah toko yang tampak tua dan kebetulan sedang tutup. Tapi beberapa bagian baju telah terlanjur basah sehingga saya yang kecil mulai merasa dingin. Kami ada di situ kurang lebih seperempat jam dan hujan belum juga reda.

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan tampaklah pemilik rumah, seorang Tionghoa tua yang tertatih-tatih membuka pintu kayu yang emang berat dan besar. Dia berkata,"Sini masuk dulu, minum teh di dalam."

Ayah saya terkejut, sayapun demikian. Ayah berkata demi sopan santun,"Terima kasih Cik, kami disini saja. Bentar lagi reda kok..."

Ibu tadi menjawab,"Sudah kubikinkan, ayo diminum dulu.."

Kamipun tak bisa menolak. Lalu masuk dan duduk di sebuah ruangan. Kebetulan agak gelap, hanya satu lampu sekitar 10 watt yang menyala. Di meja kecil telah terhidang teh panas dan makanan kering. Dan Ibu itu menemani kami menghabiskan teh yang sungguh menyegarkan.

Yang saya ingat sampai sekarang: kelihatannya Ibu itu bukan golongan orang berpunya. Kursinya kayu sederhana, hanya ada sepeda jengki disandarkan di dinding triplek yang berdebu. Mungkin lama tak dipakai karena rusak.

Tapi itu semua tidak menghalanginya membukakan pintu dan menyuguhkan teh pada dua tamu yang tak diundangnya. Apa yang dilakukannya mungkin terasa bagai hal kecil belaka. Tapi di lubuk hati saya terdalam, yang saya alami begitu luar biasa. Saat kami pamit ketika hujan mulai reda, saya dan ayah hanya berpandangan. Beliau tak mengucapkan petuah apa-apa, hanya tersenyum. Baginya cukuplah, anaknya menyerap apa yang dilihatnya dengan mata polos anak-anak.

Dalam kehidupan saya selanjutnya, beberapa kali saya berteduh kadang di teras rumah atau toko besar yang pasti lebih kaya, tapi pemiliknya tak punya hati sebaik Ibu pembuat teh tadi.

Sampai sore ini hujan turun lagi membawa ingatan saya ke masa itu, tempat berteduh dan secangkir teh sore itu: memberi pelajaran terindah bahwa untuk berbagi kita tak perlu menunggu kaya.

Semoga Allah membahagiakan Ibu yang baik hati itu, yang teh hangatnya seperti baru saja saya teguk beberapa saat lalu dan aromanya yang khas masih terasa di hidung saya meskipun peristiwa ini telah berlalu hampir 20 tahun yang lalu.

Comments

Anonymous said…
this is such a multiple blessing.
you both found a place to shelter during the rain just in time, that was the first blessing. you both were invited inside by the owner of the house that gave you the shelter, that was the second blessing. you both had the pleasure of drinking the hot tea, that was the third blessing. but the most of all was that the lesson you have learnt from that day stays forever in your life. such a multiple blessing.
Your nice comment is the next blessing I've got.. Thx
Anonymous said…
Tutur kata yang bagus, runtut dan seakan saya mengalami hal yang serupa namun tak sama, kesimpulan itu yang menggugah untuk lebih memperhatikan sekeliling kita, lebih membuka mata-hatiku yang kadang masih sipit, makasih spiritnya.
Anonymous said…
Memang Mas, jarang sekali di jaman skg ada orang yg spt itu. Kbtulan kmrn sy baru aja liat film Nagabonar Jadi 2. Banyak sekali pesan positif yang bisa di ambil dari film itu.
Seharusnya bangsa ini segera memproduksi film-film bermutu semacam Nagabonar Jadi 2.
Saya mengajak diri saya pribadi dan orang lain mari kita saling bahu-membahu berbuat kebaikan di dunia ini.
pacarkecilku said…
masa kecil memang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap cara pandang kita terhadap segala sesuatu dan dunia ini.

mungkin, karena masa kecil yang seperti inilah atau (itulah?), pak arief selalu suka dengan "iklan yang menyentuh dan menggugah hati", benar begitu bosz?
de ja vu boz.... saya juga sering ngalami.... h've a nice d ya...
Anonymous said…
blog bagus, mohon berkunjung ke blog saya di http://kayadansehat.blogspot.com
Anonymous said…
Nanti, 20 tahun lagi, crita ini dibaca lagi, tetap saja indah.

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat