Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2007

The Godfather

Selama 2 hari berturut-turut menjelang sahur, saya memenuhi impian lama: menikmati film Godfather Part I, II, III. Total 9 CD. Impian yang berawal dari pertanyaan sederhana: saat semua orang membicarakan film lama ini dan begitu banyak bintang besar plus sutradara sekelas Francis Ford Coppola ada di dalamnya, pastilah ini bukan film biasa. Dan heii, saya belum menontonnya. Yang kedua, saya sedang mencari satu model pembelajaran tentang kepemimpinan. Setelah hampir berbulan-bulan pencarian tanpa hasil, malam itu di sebuah rental di saya menemukannya, lengkap 3 seri. Dan kuliahpun dimulai: start jam 12 malam sampai pagi tiba, 2 hari lamanya. Dan Thank God: film ini secara utuh mampu memberi deskripsi tentang warna-warni perjalanan hidup anak manusia dari lahir, tumbuh dewasa, sampai maut menjemput. Dengan karakter yang kuat dari para pemerannya serta skenario dan plot yang begitu natural: rasanya inilah film terbaik yang pernah saya tonton seumur hidup saya. Ok deh, mungkin saya berlebih

Doa yang Biasa

Tuhan, aku tidak memintamu untuk menjadikanku kaya raya karena kekayaan tak ada artinya tanpa kesadaran bahwa itu semua fana Tuhan, aku tidak memintamu untuk menjadikanku jenius luar biasa karena kejeniusan tanpa kedewasaan hanya akan menimbulkan marabahaya Tuhan, aku tidak memintamu untuk menjadikanku pemimpin masyarakat karena tanpa keikhlasan kepemimpinan hanya mengundang malapetaka Tuhan, aku tidak memintamu untuk membebaskanku dari permasalahan karena setiap masalah adalah peluang terbaik untuk memahami kehidupan Tuhan, aku tidak memintamu untuk menjadikanku pemenang karena setiap kemenangan yang masih mengalahkan bukanlah kesejatian Hanya satu yang kumintakan pada-Mu dari lubuk hatiku terdalam, izinkan aku untuk memahami segala kehendak-Mu sehingga aku tak repot-repot membawa ambisiku yang fana Sehingga saat Kau panggil aku untuk menghadap-Mu tak kusesali sedetikpun hidupku di dunia-Mu ini...

Malu Pada Anak Muda

Ini pengakuan jujur saya: rasanya usia yang beranjak pelan-pelan telah merenggut api kreativitas saya, kengototan saya, keberanian untuk breakin' the rule, anti kemapanan saya, pemberontak kecil di otak saya, spirit petualangan saya, ke'keras'an kepala saya... Begitu banyak yang pelan-pelan tanggal, seperti ular yang mlungsungi alias ganti kulit. Sialnya, kulit pengganti yang baru tak juga lebih baik: dalam hitungan bisnis posisi modal saya di bidang kreativitas minus. Makin tambah umur tapi makin tak kreatif. Sebentar-sebentar puas, gampang capek, mudah ngantuk, selalu kepayahan setiap terbentur masalah yang seolah tanpa solusi. Kalo mungkin saya akan gulingkan penguasa dalam diri saya saat ini dan saya akan gantikan dengan Arief yang berumur 6 tahun: yang masih polos dan tak takut apapun. Ah, saya malu pada anak-anak muda yang dulu sering saya maki-maki ketika desainnya jelek, saya malu pada mereka yang tertunduk di hadapan saya menyetorkan revisi iklannya yang ke-8, set

Jatuh Cinta pada Dunia yang Tak Sempurna

Yup! Tepat sekali, saya memang pencinta dunia. Dunia yang kita tinggali ini begitu penuh warna, di dalamnya tersimpan seribu semilyar setrilyun misteri yang memompa adrenaline memancar deras. Dunia yang terus berteriak: go go go... Dan ya, saya memang pencinta dunia. Saat sore datang dan sinar matahari berangsur melembut dalam nuansa sapuan kuas raksasa oranye: dunia bergerak melambat. Tuhan menciptakan sore hari begitu indahnya, sehingga dalam situasi setegang apapun: sore memberikan suasana santai yang saya butuhkan untuk tetap tenang, untuk tetap nyaman. Dalam angan saya yang paling ekstrem, saya mengandaikan meninggalkan dunia ini di sore hari yang tenang saat banyak manusia beranjak pulang dari kerja. Saat-saat kita hadir utuh sebagai manusia, bukan desainer, direktur, pencopet, tukang becak atau penyanyi dangdut. Bukan pula aksesoris dan kulit-kulit lainnya. Di saat seperti itulah kelak: saya ingin menutup mata... Ah, tolong jangan tuduh saya sekular lantaran jatuh cinta pada yan

Mourinho

Gak ada hujan gak ada angin, malam ini datang berita yang mengejutkan itu: Mourinho meninggalkan Chelsea. Saya yakin ini dampak dari tidak disiarkannya EPL di TV umum, saat musim kompetisi berjalan saya belum pernah melihat Chelsea bermain. Saya tak mengikuti perkembangan perseteruan Mourinho - Abramovich. Rasanya memang kurang sreg, jadi penikmat bola via detik.com atau surat kabar, secara cuma baca reportase tak bisa melihat gerakan bola di- drible atau shooting ke gawang dengan akurasi tingkat tinggi. Tapi Mourinho akhirnya pergi, meninggalkan segudang prestasi. Juga segudang tanya. Hampir sama dengan perginya Fabio Capello, bahkan setelah mempersembahkan gelar La Liga ke Real Madrid. Dua sosok pelatih hebat yang harus pergi karena tak sepakat dengan pemilik klub, bukan karena tak berprestasi. Semenjak Thierry Henry pindah ke Barca awal musim kemarin, inilah berita terpanas di EPL minggu ini. The Special One - dengan segala bentuk keunikannya - adalah sosok fenomenal. Di kantor

Ramadhan di Ujung Jalan

Ahh, rindu itu menggunung: sahur gudeg di depan gereja saat pagi buta, buka puasa angkringan di pinggir sawah dengan backsound adzan maghrib yang sayup-sayup, tarawih yang meskipun banyak lubang tapi selalu diupayakan untuk meredakan jiwa dari deraan pekerjaaan. Takbir yang bersahutan dengan anak-anak berbaris membawa obor di sepanjang pantura di malam lebaran. Tinggal saya tertegun dalam bis malam yang membawa tubuh lelah ini untuk pulang dan menikmati lagi tanah suci tempat kelahiran. Ramadhan sudah mengintip di ujung jalan, dengan senyumnya yang menawan. Mampukah saya membahagiakannya tahun ini? Saya masih tertegun: rindu itu membuncah. Dada saya terasa penuh, mirip anak ingusan yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Ahh, Ramadhan: peluklah jiwaku dalam hangat cinta-Mu...

Alhamdulillah Tahun Ini Kalah

Jangan tanya pada saya mengapa tahun ini Petakumpet kalah. Jangan tanya mengapa meraih award terbanyak kok tidak jadi agency of the year . Saya sendiri juga tidak bertanya, saya sibuk bersyukur. Dalam kondisi serba pas-pasan, semangat tim saya masih tetap tinggi. Masih bisa kirim entry 45 karya. Masih bisa joged saat penyanyi melantunkan lagu dangdut di atas panggung. Masih bisa tepuk tangan barengan. Saat kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan logika penalaran mereka, merekapun tak protes. Tim saya hanya tertawa kecil, saya ada di sana: terharu saat saat sahabat saya Eko Eddi Sucipto (mantan Creative Had Petakumpet) masih bersedia dengan antusias naik panggung menerima award. Rasanya tak ada yang berubah: kebersamaan itu begitu kuat terasa. Pun saat makan bersama di Gudeg Mbak Sri: begitu banyak lelucon berhamburan, begitu banyak keisengan dan begitu keras tawa terdengar. Tak ada kesedihan karena baru saja kehilangan gelar The Most Creative Agency di Pinasthika 2007. Hanya ada sy