Skip to main content

100% Support Pinasthika 100% Indonesia


Comments

Unknown said…
Mas Budiman yang Arief...
Sebagai fans yang selalu mengikuti blog mu saya ada sedikit pertanyaan nich mas...

saya kan kerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi lingkungan, nach selain kerja saya juga freelance dan salah satunya di Indosat cab. Bogor. Selama ini hubungan baik-baik saja, tapi saat ini ada sedikit kendala masalah badan usaha, sebab jika ada proyek yang bersifat penunjukan langsung harus terdaftar dulu di indosat pusat, nah masalahnya saya kan sebagai individu. Bisa gak ya kita sebagai freelance hanya mempunyai NPWP pribadi aja? Mas Arief pernah dapetin kasus kayak gitu gak? Bukannya saya keberatan buat badan usaha mas, tp biaya desain yang saya ajukan tidak bisa menutupi biaya pembuatan badan usaha itu.
Trims Mas....
Mas Saiffullah, Petakumpet dulu juga begitu. Kita dipaksa oleh kondisi untuk jadi Perseroan (PT)pada tahun 2003, karena makin banyak klien yang minta syarat NPWP, badan usaha dan semacamnya. Padahal sejak 1995 kita udah mulai usaha dan untung banyak pula. Sejak jadi PT, kita mulai bayar pajak yang jumlahnya pasti lebih besar dari biaya telpon maupun listrik bulanan.

Ini namanya resiko terukur, Mas. Tapi kalo masih pengin freelance mending menggandeng teman yang punya badan usaha. Tapi kalo pengin lebih besar dan melayani klien nasional macam Indosat ya mesti siap konsekuensinya bikin badan usaha sendiri. Btw, qta juga melayani Indosat loh: di Jogja, Solo, Tegal, Purwokerto, dll.

Salam dan semoga makin sukses melayani permintaan klien-kliennya :)

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat