Skip to main content

Menemukan Harta Karun


Desain Cover Aslinya
Sungguh kaget bercampur haru sewaktu gak sengaja menemukan apa yang saya dan teman-teman kerjakan di masa lalu saat masih kuliah, di-review orang lain dengan positif dan pake bahasa Inggris pula. Unbelievable!
Komik KECOA ini kami bikin berempat: Eri Setiyono (sekarang jadi animator sukses di Infinite Frameworks), Apriyadi Kusbiantoro (animator handal di Studio Urak-urek), Yudi Sulistya (Senior Illustrator di Petakumpet) dan saya (sebagai pelengkap).

Selain sukses memenangkan Juara I di Lomba Komik Nasional Depdiknas & Balai Pustaka tahun 1997, kisah sedihnya adalah kami tak punya lagi komik aslinya. Kayaknya ada di Balai Pustaka. Dan lantaran dulu waktu ngirimnya mepet, juga tak sempat punya fotokopi. Entah berapa dicetaknya, royaltinya juga gak tahu kemana karena laku atau enggak sayapun tak paham. Yang saya tahu, desain cover kami telah diedit sehingga mirip komik anak-anak dan dicetak dengan kualitas di bawah bagus.

Yang masih ada tinggal script dan hak ciptanya. Siapa tahu ada yang pengin bikin film kayak gini untuk nyaingin Saving Private Ryan-nya Spielberg? Cerita di komik ini based on true story saat penyerangan benteng Jepang di Kotabaru Jogja sebelum kemerdekaan, dengan beberapa tokoh dan adegan fiktif agar pesan humanisnya lebih kuat dan nggak kayak buku sejarah semata.
Kebetulan saya yang tugasnya bikin karena diantara kita berempat, sayalah yang paling jelek gambarnya. Daripada kalah bersaing, sayapun banting stir jadi script writer. Untungnya mereka bertiga cukup mengasihani saya dan mau mentransfernya jadi komik 49 halaman.

Btw, untuk Surjorimba ang telah me-review: terima kasih saja takkan cukup. Semoga Tuhan membalasnya dengan lebih banyak, lebih baik, lebih berkah. Amien :)


Cover Komik 'Bikinan' Balai Pustaka, 1997, ISBN 979-666-159-4


Komik halaman dalam (hitam putih)

KECOA was created by four incredible cartoonists: Yudi, Taddie, Eri and Arief (yes, only their first names were stated), and this comicbook won 1st prize in a comicbook competition sponsored by Education and Cultural Ministry, 1997. I don’t know if these guys are still active these days. But this b/w comicbook is truly a gem.


The story was about the life of Kaprawi, a young man in his early 20’s and very afraid of cockroaches. Set during the revolutionary Indonesian war against the Japanese invasion (circa 1945), the story became a milestone in today’s comicbook scene. Although revolution for independency was a common theme in the golden age of Indonesian comicbook history, we don’t find them exposed these days. Young cartoonists perhaps find the particular theme uninteresting and rather find other themes. But KECOA proved that war-fiction could be developed into a story with a million messages.

Kaprawi was very afraid of everything. He’s not a coward. He just didn’t have the confidence to act. He wanted to fight with his friends, but he couldn’t have the guts to pull the trigger. He’d seen his country suffered from Dutch and Japanese occupancy. He’d seen innocent people died. He’d seen hs country torn apart. Kaprawi wanted to do something.

Everything changed when Tagor, his best friend, sacrificed his life in saving Kaprawi. That incident was the turning point. Kaprawi disguised whenever he joined the war. He was afraid his won’t have faith from his band (he dissapointed his team many times). People then started to talk of this mysterious ally. Who was he? Why he didn’t want to reveal his identity?

There came a time when all his friends were cornered. Ammo won’t last much longer and only one grenade left. Kaprawi, still in disguised, voluntarily asked for the grenade and sneaked closer to the Jap’s last standing. Although the Indonesian soldiers tried to back him up, Kaprawi still got hit. Injured badly, Kaprawi gave everything he still had to be closer to Jap’s post. With his last strength, Kaprawi threw the granade and everything was over….

His friends celebrated the victory and rushed to aid, only to be shocked to discover who the mysterious person was. It was Kaprawi. The young man they always called the chicken heart. The cockroach. He risked his life.
I had tears in my eyes when I closed the book. Kaprawi was a kind of man who tried to kill the demon in him. He tried to defeat his fear. He tried to replace his best friend who gave his life for him. He wanted to pay all the doubts his team had on him. In the end he succeeded.

Artikel aslinya di sini

Comments

swingtalk said…
Halo kembali... maaf sebelumnya, saya belum memperkenalkan diri dan sudah "lancang" memasuki pekarangan rumah Mas Arief... Nama saya Eddo.

Pada intinya dimana saya bisa mendapatkan komik ini? Dari dulu saya sempet dengar dari beberapa teman tentang komik ini. Tapi saya cari gak ada. Saya pernah titip temen saya yang ada di Yogya, cuma dia juga gak "nemu".

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat