Skip to main content

Enjoy Uncomfort Presentation



Ini hutang saya buat Om Rony dan Mas Muliadi yang gak sempet hadir di Seminar 1001 INSPIRATION, 17 April 2007 di Hotel Crown Plaza, 09.30 WIB - 16.00 WIB. Berhubung saya belum sempat menulis, ternyata ada yang berbaik hati menuliskan report-nya di milis komvis (erick.wibowo@ gmail.com) dan saya copy disini. Makasih ya Mas Erick :)

--------------------------------------------------------------

Yap seperti layaknya acara di Indonesia...acara baru dimulai pukul 10.00. Seminar ini dibagi menjadi 3 sesi. Dengan pembicara Djoko Hartanto (Majalah Concept), Patrick Cheah (DPC Design), Nico A. Pranoto (ADGI) , M. Arief Budiman(Petakumpet), Andi S Budiman (digital studio) dan Graham Kelly.

Sesuai dengan tema branding yang diusung, pembicaran ini dimulai dengan perkenalan akan branding itu sendiri, lalu mulai berkembang ke arah, kenapa kita harus concern akan branding, apa gunanya branding, dan berbagai pokok bahasan mengenai branding. Overall sebenernya bahasan yg diangkat pada seminar kali ini cukup menarik...karena gw sendiri lagi tertarik sama branding, kususnya ke self branding. Tapi dari penjelasan yang diberikan selama seminar itu, ko kayanya seperti mimpi saja yah, ko kaya kita ga dikasih input unutk mewujudkan atau merealisasikan mimpi tersebut. Gw ga tau mereka yg terlalu di awang2 atau emang otak gw ga nyampe, tapi itulah yang gw rasain. Seperti mereka tidak memberikan solusi atau pemecahan akan masalah2 branding itu sendiri. Khususnya buat orang berkemampuan tangkap yg rendah kaya gw...

Tapi ada sedikit penyegaran saat Arief Budiman dari Petakumpet berpresentasi. Karena presentasi yg diberikan cukup meng-provoke orang untuk mencoba berfikir out of the box lah...to think opposite..yah cukup membakar lah, apalagi dengan layout presentasi yg dikasih, memaksa pala kita miring kiri-kanan...karena bahan presentasinya sengaja dibikin miring2...

Yah paling gak, even agak2 ga ngerti, seminar tadi bisa membuat isi kepala gw cukup penuh dengan wacana2 yg mungkin belum pernah gw temuin di tempat laen...dan mudah2an berguna di suatu waktu...Yah segitu dulu kali ulasan dari gw, maaf kalo ada salah2 kata, dan pihak2 yg dirugikan atas ulasan yg acak2 ini...hehehe. ..no offence loh....Mudah2an buat seminar
besok bisa kasih review lagi, dan mudah2an juga otak gw nyangkut...

--------------------------------------------------------------

Ha ha ha, paling tidak satu hal telah membuat saya lega: Mas Erick ini tidak keberatan untuk memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri karena teks di presentasi kemarin saya puter 90% sehingga bacanya mesti vertikal. Semata-mata untuk menajamkan message saya: LEAVE THE COMFORT ZONE. Btw, buat yang telah rela hati saya siksa sejenak kemarin, saya tidak akan minta maaf. Semoga Anda terus mengingat kekejaman saya yang membuat leher pegal-pegal, agar Anda ingat: there is no comfort zone in this creative world. You have to create a breaktrough. That's not comfort but needed to be in front of your competitors. Leaving the comfort zone is the key factor of a winner. Run run run, as far as you can...

Comments

Anonymous said…
hebat....
Waduh!!! Makasih Mas, tapi saya kan masih belajar...
Unknown said…
pendapat saya sama seperti mas erick, seminar yang bikin bete, di tambah mc yang gak oke bisa dibikin segar sama mas arif dan mas andi lewat cuap2 yang bikin mata melek otak kanan jadi bengkak.. thanks untuk kalian berdua, yang lain no comment!

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat