Skip to main content

Slevin



Minggu kemarin nonton film ini. Gak ada rencana mau nonton film apa, jadi jalan aja ke 21 Plaza Ambarrukmo. Insting saya mengatakan Lucky Number Slevin yang pas. Film yang lain: Mendadak Dangdut (udah nonton), Snakes on Plane (saya gak tertarik judul ama posternya) dan beberapa yang lain agak lupa (atau mereka tidak mampu membuat saya mengingatnya).

Saya nontonnya berdua ama Adek. Agak heran juga dia nggak protes nonton film action beginian. Klop, deh! Btw, menurut saya film ini plot-nya cukup bagus. Dipersiapkan dengan detail. Tanpa plot yang cerdas begini, sisi ceritanya sih udah klasik. Temanya tentang balas dendam. Yang menarik adalah, clue-nya disebar di sepanjang film secara acak sehingga kalo nggak ngeh nggak akan ketahuan.

Morgan Freeman jadi penjahat: Dalam berapa film ya dia jadi penjahat? Kayaknya jarang, biasanya jadi good guy. Tapi kayaknya di film ini semuanya penjahat deh, kecuali Lucy Liu. Tapi saya suka karakter Slevin (ini nama samaran, aslinya Henry) karena dia mengaku punya penyakit gak bisa kuatir, gak bisa cemas. Tetap cengar cengir meskipun situasi sangat gawat. Keren!!

Satu catatan yang saya bawa pulang: nothing new under the sun. Tapi dari hal-hal sederhana yang sangat diperhatikan detailnya, dipandang dari sudut yang baru akan tercipta sesuatu yang sangat menarik. Dan sesuatu yang menarik, biasanya lebih mudah dijual. Saya adalah salah satu korbannya, he he he ;)

Comments

Anonymous said…
hi
saya hanya kebetulan lewat saja disini.
tapi karena topiknya.. tentang lucky number slevin, saya comment deh. hehe

saya tonton film ini.. bersama cewq saya. eh, seorang temen saya, cewq. tapi di bioskop waktu itu, saya hepi banget. karena saya mendapatkan pengalaman baru dalam menonton bioskop yang ga pernah di dapatkan sebelumnya.. huhu..
film ini.. keren sekali! plotnya dibuat sedemikian membingungkan hingga saya baru mengerti setelah nonton kedua kalinya.
Two Thumbs Up!

Popular posts from this blog

Kunci Sukses Bisnis (3)

Sempat terjadi dalam periode kehidupan saya saat awal-awal bersama teman-teman memulai Petakumpet, waktu 24 jam sehari rasanya tak cukup. Hari-hari itu begitu melelahkannya, rasanya tak kuat saya menyelesaikan begitu banyak tanggung jawab menyangkut komunitas, pekerjaan, kehidupan persoanl saya yang berantakan. Saya pun mengadu pada Allah,"Ya Allah, jika sehari bisa lebih dari 24 jam rasanya saya akan punya kesempatan lebih banyak untuk menyelesaikan semua tanggung jawab saya..." Tapi rasanya Allah tak mendengar doa saya. Atau saya nya yang tak punya kemampuan mendengarkan-Nya. Pekerjaan seperti nya mengalir tak habis-habis, ada duitnya emang, tapi duit nya pun mengalir lancar keluar tak pernah terpegang barang sebentar. Hidup saya begitu capeknya, badan pegel-pegel tiap malam, Sabtu Minggu pun dihajar pekerjaan. Saat-saat seperti itu, saya melihat buku karangan Stephen Covey The Seven Habits of Highly Effective People di Shopping Center (pusat buku murah) Jogja. Dengan

Jadual Diskusi dan Bedah Buku

Berikut beberapa jadual diskusi, talk show atau bedah buku yang udah masuk di Bulan Ramadhan (September) sekaligus menjawab beberapa imel yang menanyakan ke saya kapan ada diskusi buku Jualan Ide Segar: Bedah Buku Jualan Ide Segar (M. Arief Budiman) dan Mata Hati Iklan Indonesia (Sumbo Tinarbuko) di Diskomvis FSR ISI Yogyakarta. Kamis, 11 September 2008 jam 15.00 - 18.00 WIB. Juga menampilkan Sujud Dartanto sebagai pembahas. Untuk Mahasiswa ISI Jogja dan Umum (Free) Ngopi Bareng Penjual Ide Segar di Melting Pot, Sabtu, 13 September 2008, 20.00 - 22.00 WIB, Untuk Umum HTM Rp 15.000,- (Free 1 cup Coffee) Sarasehan Keajaiban Berbisnis Ide di ADVY (Akademi Desain Visi Yogyakarta), Senin, 15 September 2008, 09.00 - 12.00 WIB, untuk Mahasiswa ADVY (Free) Yang segera menyusul adalah Diskusi dan Bedah Buku di Jurusan Komunikasi UGM, semoga juga bisa terlaksana di Bulan September ini. Buat temen-temen silakan hadir untuk meramaikan proses belajar kreatif yang tentu saja sangat fun dan menyena

Filosofi Ember

Mengapa kita yang telah bekerja keras dari pagi buta sebelum subuh sampai lepas Isya' bahkan larut malam sampe rumah, tapi rezeki tetep seret? Mengapa kita telah membanting tulang sampai capek-capek pegal tapi ATM  tetap kosong dan tiap tengah bulan keuangan masih minus? Mengapa uang yang puluhan tahun kita kumpulkan sedikit demi sedikit tiba-tiba habis tandas didongkel maling saat kita pergi? Mengapa kita sakit-sakitan tak kunjung sembuh? Mengapa hidup ini makin lama makin sulit kita jalani dan rasa-rasanya kebahagiaan itu cuma milik orang lain dan bukan kita? Saya mengalami sendiri sulitnya mencari jawaban, saat pertanyaan di atas tak sekedar memenuhi kepala saya tapi menyatu dalam setiap tarikan nafas saya. Rasa bingung itu, capek itu, gelapnya perasaan saat membentur dinding yang tebal dan tinggi, sesak nafas saat masalah-masalah memuncak. Pencarian itu membawa saya pada sebuah benda: ember .  Ember? Kok? Bagaimana bisa ember menjawab persoalan seberat